Sejak awal berdirinya, Dagadu Djokdja ajek melekatkan dirinya dengan Yogyakarta. Bukan saja karena daerah istimewa itu merupakan tempat kelahirannya, lebih dari itu Yogyakarta memang sarat dengan fenomena-fenomena menarik, unik, otentik, dan menggelitik. Tak heran jika hingga kini Yogyakarta masih menjadi magnet bagi wisatawan, baik domenstik maupun mancanegara.

Pariwisata bagi Yogyakarta bukan hanya sebagai penggerak roda perekonomian, akan tetapi juga menjadi bagian dari dinamika budaya, katalisator bagi lahirnya kebaruan-kebaruan di aneka bidang. Masyarakat yang ramah, bukan saja pada para turis tapi juga pada budaya “yang lain”, menjadikan Yogyakarta tempat berseminya kreativitas yang telah melahirkan insan-insan maupun komunitas-komunitas kreatif. Fenomena tersebut memerlukan “laboratorium” sebagai wadah eksperimentasi, kolaborasi, dan berbagi (ide/gagasan/pengalaman), baik sesama insan kreatif maupun khalayak luas.

YOGYAkarta, pariwisata (TOUrism), dan laboratoRIUM kreativitas adalah tiga elemen yang menjadi semangat bardirinya Yogyatourium. Sesuai namanya, Yogyatourium bukan saja sebentuk bangunan, ia merupakan sebuah ruang yang diharapkan akan selalu hidup. Sebagaimana konsep desain logo dan arsitekturnya yang terinspirasi dari surban Aji Saka yang dikisahkan ketika terurai memanjang tak habis-habisnya, Yogyatourium dicita-citakan menjadi ruang bagi kreativitas yang terus mengalir.

Selain sebagai gerai penjualan produk-produk Dagadu Djokdja, Dagadu Bocah, Oblongpedia, Hiruk Pikuk, dan DGD, Yogyatourium juga mewadahi ekspresi-ekspresi seni khususnya di bidang desain (DKV, desain produk, desain interior, arsitektur, dan fashion). Menempati lahan seluas 2809 m2, Yogyatourium rutin menyelenggarakan program presentasi dan diskusi bulanan bertajuk JAMASAN (Jagongan Malam Santai), lokakarya Kelas Kreatif, program kolaborasi dwitahunan Commission Work, serta sebagai ruang pameran karya-karya desain.